Selamat datang di Kawasan Penyair Nusantara Kalimantan Timur. Terima kasih atas kunjungan Anda.

Minggu, 14 Oktober 2007

Aminuddin Rifai SS



Bernama pena Amien Wangsitalaja. Lahir di Wonogiri, Jawa Tengah, 19 Maret 1972, Pabelan, Surakarta. Sarjana Sastra alumnus Fakultas Ilmu Budaya Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta. Menulis puisi, cerpen, esai di berbagai media massa dan berbagai buku antologi, baik bersama maupun tunggal. Antologi esai bersama : :Begini Begini dan Begitu ( 1997), dan antologi puisi bersama, seperti Serayu ( 1995), Oase (1996), Fasisme (1996), Mimbar Penyair Abad 21 (1996), Antologi Puisi Indonesia (1997), Tamansari (1998), Embun Tajalli (2000), Malam Bulan (2002), Bentara: Puisi Tak Pernah Pergi (2003), Mahaduka Aceh (2005), dan Ziarah Ombak (2005). Cerpennya masuk dalam antologi Bingkisan Petir (2005).Antologi puisi tunggalnya : Seperti Bidadari Aku Meminangmu Buyung (1995), Kitab Rajam (2001) dan Perawan Mencuri Tuhan (2004).Menulis kata pengantar buku Hujan Menulis Ayam kumpulan cerpen Sutardji Calzoum Bachri (Indonesiatera, Magelang, 2001), Surat Putih kumpulan puisi perempuan penyair Indonesia (Risalah Badai, Jakarta, 2001), Perjalanan Hati karya Ririe Rengganis (Logung Pustaka, Yogyakarta, 2004), Negeri Terluka kumpulan puisi perempuan penyair Indonesia (Risalah Badai, Jakarta, 2005).Diundang membaca puisi di TIM pada acara “Mimbar Penyair Abad 21” (1996), “Baca Puisi Tiga Kota” bersama Iverdixon Tinungki dan alm. Hamid Jabbar (2003), dan “Cakrawala Sastera Indonesia” (2005) .Menghadiri dan menjadi pembentang kertas kerja dalam pertemuan sasterawan antarnegara “Dialog Borneo-Kalimantan VIII” pada Juli 2005 di Sandakan, Sabah, Malaysia. Menjadi pemakalah dalam “Seminar Kritik Sastera” Pusat Bahasa Depdiknas pada September 2005 di Jakarta. Salah satu puisinya :

Makrifat Sungai

aku berkapal, sepagi tadi
sesiang ini
menyusuri sungai
dan kupastikan
bahwa aku tidak pernah
melupakanmu

dari dek ini
kutangkap aurat tepian
yang menjaga genit perawan
mandi berkain basah
berhati basah

amboi
aku kembali memastikan
bahwa syahwatku telah basah
oleh sebab mengintipmu
di sungai

Atk Sri Rahayu



Lahir di Boyolali, 28 November 1970. Pendidikan terakhirnya adalah Sarjana Bahasa dan Sastra Indonesia pada FKIP UNS Tahun 2004. sekarang ia bekerja sebagai guru di SMA Negeri 10 Samarinda, Jalan Pelita RT 25 Kelurahan Harapan Baru, Samarinda Seberang, Kalimantan Timur Kode Pos 75132 Telepon (0641) 261828, Telepon/Fax. (0541) 261829. Pengalaman menulis: Antologi Puisi Perempuan Penyair Indonesia “Negeri Terluka” Surat Putih 3 Yang Diterbitkan Oleh Risalah Badai Jakarta Tahun 2005 dan Antologi cerpen 16 cerpenis Kaltim “Bingkisan Petir” yang diterbitkan oleh Matahari Yogyakarta Tahun 2005. Salah satu puisi:

Rindu Bercumbu Asa

Di sela bait kehidupan
Kutuang anggur putih di cawan-Mu
Di sela ketidakberdayaan
Kucoba menepis debu-debu biru
Yang membangkitkan kebutaan liar
Likat lumpur pun merembesi nadi

Beruntai gundah memapah
Cemah membias
Dendam terpendam
Cemburu membiru
Harga diri berlari
Luka hati terpagut mati
Nestapa menyapa
Berselimut dengan kerontang temulang jiwa
Meronta
Di dekap kehangatan maya
Tak bergeming di lingkaran tak setetes pun ada

Samarinda, September 2005

Kovy Fahran


Memiliki nama lahir Darkuni. Lahir di Banjarmasin, 17 Agustus 1960. Mulai menulis puisi dan fiksi tahun 1978.Tulisannya dimuat diberbagai media massa baik daerah mau pun nasional. Bekerja sebagai wartawan tahun 1986 di Harian Dinamika Berita (Sekarang, Kalimantan Post) sebagai asisten redaktur merangkap pengasuh kolom seni budaya. Awal 1991 pindah ke Harian Kaltim Post (grup Jawa Post) di Samarinda dan bertugas di Kota Tenggarong, Kukar. Pada awal 2002 mengundurkan diri dari Kaltim Post. Selanjutnya dikontrak Pemkab Kutai Kartanegara (Kukar) mengisi sebuah halaman kontrak di Harian Samarinda Post sampai 2003. Juga dari 2002 dikontrak oleh DPRD Kukar dalam pembuatan tabloid dan di media itu menjadi pimpinan redaksi hingga sekarang. Kini konsentrasi menjalankan tugas sebagai pimpinan redaksi di Tabloid Garda DPRD Kukar sambil menuli puisi dan fiksi. Salah satu puisinya :

Untuk Mim

Rasa itu, Mim-bukan bayang
Seperti angin yang dapat dirasa tak ada wujud
Ia nyata seperti yang kumaknakan lewat sentuhan
Bukan hanya menyatu raga semata
Jiwamu dan jiwaku tak berjarak
Diputaran pundak waktu yang mulai terbungkuk
Ya, Mim.
Usahlah meramu rasa sebatas badani
Di ujung waktu tersisa milik kita ini
Kau sepertinya membunuh kegairahan
Begitu bukti persentuhan ke-25 tahun
Gelegak kemudian diketuaan kita kau abaikan
Rohanimu dan rohaniku dalam memagut sisa asmara
Sepertinya tinggal sentuhan badani yang di luarnya meraja sepi
Dan terwariskan pada dinding-dinding kamar goresan waktu

(Mim, jangan kau bekukan gairah
Ia adalah bahasa kalbu
Dan hidup di jiwa anak-anak kita)

Tgr/Bjm Des 2005

Miziansyah J


Lahir di Tanah Bangkang , Kandangan, 2 Juni 1957. Anggota Pusat Oleh Seni dan Komunikasi (Posko) La Bastari Kandangan Kalsel, tahun 1983 menjadi TKS BUTSI di Desa Bayur, Samarinda Ilir Kaltim, kemudian menjadi Guru SD 033 Samarinda Ilir. Menulis sejak tahun 1972 tetapi baru dipublisir sejak tahun 1980, antara lain Banjarnasin Post, Dinamika, Sampe, Mimbar Masyarakat, Manuntung, Suara Kaltim, Warna Suara, Merdeka, Pelita, dan RRI Nusantara III Banjarmasin. Antologi puisinya antara lain : Tanah Yang Terbatas (1982) dan Rumah Kecil (1984), bersama yang memuat puisinya antara lain Dahaga Banjarmasin Post (1981), dan Palangsaran (1982). Antologi cerpen bersama, Cerpenis Kaltim (Bingkisan Petir, Editor Korrie Layun Rampan, 2005). Tahun 1982 merupakan salah satu peserta Forum Penyair Muda 8 Kota Banjarmasin. Salah satu puisinya :

Situasi Negeriku

Jalan pentas yang membentangkan kedamaian
Menghapus kebebasan
Liku-liku titianpun telah memanusiakan manusia
Negeri seberang yang senantiasa basah melumuri kebuasan
Dulu digenangi telaga berdarah dingin
Kini negeriku negeri seberang tersibak selaput
kejahilan. Warna kemarau langitnya
mulai memancarkan sinar

Ada kabar yang harus dibakar
Biar abunya keseantero
Tentang negeri ini, negeri homo, homimi, lupus
Namun : Kabar itu kabar ujaran
Kabar itu kabar burung
Kabar itu kabar bohong

Negeri ini memang rimba
Tapi tiada duri derita
Negeri ini semak belukar
Tapi tiada undang getaran lapar

Di seberang anak negeri menyusun langkah
eksodus anak negeri menuju lembah kehidupan
Disini ketitir balam bersahutan
pertanda pergantian zaman
Tersulap tanah hamparan
menjadi harapan nan berkah
Burung balam ketitiran
Burung rangkong berlintasan
Pertanda musim kemakmuran

Samarinda, 2005

Shantined


Lahir di Yogyakarta, 21 Oktober 1972, saat ini tinggal dan bekerja di Balikpapan, Kalimantan Timur. Mulai senang membuat sajak dan cerpen sejak usia 9 tahun. Beberapa kali memenangkan lomba penulisan cerpen dan puisi semasa sekolah di Yogyakarta. Setelah “mati suri” selama beberapa tahun, akhirnya aktif lagi di dunia sastra dengan mulai mempublikasikan beberapa karyanya ke dalam buku antologi bersama puisi dan cerpen. Antara lain di: Dian Sastro For President #3 ( puisi ), Surat putih 3 , Antologi penyair perempuan ( puisi ), Perkawinan Batu , DKJ (puisi), dan Bingkisan Petir, Jaring Penulis Kaltim ( cerpen). Aktif bergiat di Jaring Penulis Kaltim ( JPK ) dan milis milis sastra dan membentuk komunitas sastra di Balikpapan dengan menghimpun grup kongkow kongkow seniman di cafĂ© Bandar Balikpapan setiap sabtu sore. Salah satu puisinya :

Di Kamar 308

( I )

Hening
Hanya lamat lamat suara lambung
Dan dzikir terselubung
Oleh amuk enzim
Yang bah di tubuhku

Ini kota asing
Kenapa musti disini?

Lalu aku teringat pulang
Betapa harum pesing anakku diranjang
Dan alangkah nikmat segala pekerjaan rumah

( II )

petang
matahari sembunyi di kolong lemari
dan bulan tiada benderang

tidurku memang lelap
tapi hati masih begadang

ceritakan padaku
dengan apakah aku akan pulang
nuju rumahMu?

( III)

kerinyit , desah, dan erangku
barangkali tertangkap kameraMu
tapi lihatlah, dengarlah
aku juga masih mengucap syukur
dibalik kemalanganku

gelimang sinar yang tumpah
saat keluar dari pintu
menyiram mukaku
menyiram sujudku
di sajadah yang kasat mata

telah kurasa duka musafir
kurasa manfaat muhabbat
dan kuamini doa sahabat
ditengah sakit

Samarinda, 11 Desember 2005
Di RS H Darjat , kamar 308