tag:blogger.com,1999:blog-58915167405856977012024-03-12T21:51:25.591-07:00Kalimantan TimurArsyad Indradihttp://www.blogger.com/profile/02268094638915127738noreply@blogger.comBlogger7125tag:blogger.com,1999:blog-5891516740585697701.post-75039108006508406652011-06-03T01:46:00.000-07:002011-06-03T02:14:48.864-07:00Roedy Haryo Widjono AMZ<a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgjgsSwb4BG4X9unbNu-KsQLWaQm-9kX6X9xd0jSDV9oM1uMxtjzRzb1RwTG34lG3al0qCJ1zuG5a2naEQqABXbhRtABkHsqN6fUcDEri80E1kS73EWg1OWem9a8dNAwMQ7I4qX1lMJNJD_/s1600/Roedy+Kaltim.png"><img style="float: left; margin: 0pt 10px 10px 0pt; cursor: pointer; width: 180px; height: 200px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgjgsSwb4BG4X9unbNu-KsQLWaQm-9kX6X9xd0jSDV9oM1uMxtjzRzb1RwTG34lG3al0qCJ1zuG5a2naEQqABXbhRtABkHsqN6fUcDEri80E1kS73EWg1OWem9a8dNAwMQ7I4qX1lMJNJD_/s200/Roedy+Kaltim.png" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5613919166444482626" border="0" /></a><br /><br /><div style="text-align: justify;">Roedy Haryo Widjono AMZ, lahir di Solo, Jawa Tengah, 5 Juli 1958. Pegiat Komunitas Studi Silang Budaya dan Direktur Nomaden Institute for Cross-Cultural Studies. Kini bermukim di Samarinda.<br /><br />Beberapa buku yang pernah ditulis: Masyarakat Dayak Menatap Hari Esok (1998), Agenda Reformasi: Menata Kembali Hubungan Negara dan Masyarakat Adat (1998), Revitalisasi Masyarakat Adat dalam Pengelolaan Sumber Daya Alam (2000), Prahara Budaya dalam Eksploitasi Sumber Daya Alam: Refleksi Peradaban Komunitas Adat di Borneo (2002). Belian, Tradisi yang Hilang dari Peradaban Masa Silam (2009). Menguak Tabir Meta Kuliner dalam Perspektif Kosmologi Dayak (2010)<br /><br />Buku kumpulan puisinya yang telah terbit: Catatan Belantara (1989), Lelaki Penunggang Gelombang (1997), Negeri Bara Api (2000). Sedangkan kumpulan Puisi ”Kesaksian Lelaki Penghibur” ditulis tatkala berziarah ke pelbagai negeri yang dikunjunginya. Alamat surat elektronik: dewatuak@gmail.com<br />Alamat Surat : Jl. Bukit Barisan RT. 38, No. 5, Samarinda, 75122, Kalimantan Timur<br />Alamat Email : dewatuak@gmail.com<br />Nomor HP : 0813 4633 9134<br /></div><br />PENAKLUK MALAM<br /><br />Meski malam belum jua larut, lelaki itu mulai terseok menyeret bayangan tubuhnya yang lusuh.<br />Namun ia pantang surut menyusur jalan yang tak berujung kepastian<br /><br />Angin malam menikam tengkuknya.<br />Maka ia terpaksa berhenti sejenak, tepat di sebuah tikungan lorong buntu,<br />lalu tengadah ke langit kelam.<br />Matanya kuyup lantaran tak menemukan pertanda kemana lagi musti melangkah.<br />Bibirnya kelu karena tak paham kepada siapa musti berujar tentang nafas hatinya yang kian tersengal.<br /><br />Malam kian renta.<br />Bayangan tubuhnya mulai mengeluh karena rembulan alpa teteskan sinar di relung jiwanya<br />yang gusar memikul beban langit mendung.<br /><br />Embun dini hari mulai meremas rambutnya hingga membuat ngilu jiwanya.<br />Semalam ia tertindas kuasa kegelapan dan musti mengubur bayangan tubuhnya<br />di emperan trotoar subuh.<br />Lelaki penakluk malam, takluk oleh malam.<br /><br />Samarinda, 2011<br /><br /><br />HIKAYAT KEMATIAN TIKUS<br /><br />Sudah kubilang, kalau mau melintas jalan di riuh kota<br />tengok kanan-kiri dulu, kalau sudah sepi barulah menyeberang dengan seksama.<br /><br />Bukankah juga sudah kubilang, lalu-lintas di negeri ini semakin tidak beradab.<br />Tak ada yang mau mengalah, rasa sabar sudah dikunyah kekuasaan<br />semua merasa empunya jalan.<br />Main serobot sembarangan, klakson keras berbunyi membuat kaget orang jantungan<br />Itu sudah biasa di negeri yang konon mahsyur amat santun.<br />Kalau ditegur malah marah, lalu matanya melotot menyambar dengan geliat rasa amuk.<br /><br />Aku tahu, niatmu baik.<br />Ketika senja baru saja beranjak dari peraduan,<br />engkau bergegas menyeberang jalan dari Rumah Sakit Tentara<br />menuju gereja Katedral. Jalan raya itu namanya Jendral Sudirman.<br /><br />Sebenarnya bila engkau berhasil menyeberang,<br />lalu menyusur parit yang penuh genangan sampah plastik,<br />pastilah engkau akan tiba di gudang beras,<br />tepat di sudut kiri dapur pastoran yang pintunya selalu tak terkunci.<br />Aku faham, mengerat karung plastik, berjuang menemukan butiran beras,<br />adalah usaha terakhir yang harus kau perbuat, karena tak ada pilihan.<br /><br />Mencari kerja semakin sulit, maka engkau terpaksa melakukannya<br />sekalipun tahu, Padri tua berujar dosa, tapi engkau memang harus menjalani takdir.<br />Riwayat telah menggoreskan kehendak, engkau wafat di jalan Jendral Sudirman,<br />saat rembang petang seiring bunyi lonceng gereja.<br /><br />Mayatmu yang terburai di aspal jalan, tak sekalipun ditoleh para jemaat.<br />Begitulah garis hidupmu, digilas kejamnya lalu-lintas yang tak beradab.<br />Semoga surga menyisakan tempat untukmu.<br /><br />Samarinda, 2011<br /><br /><br />RIWAYAT MALAM<br /><br />Gelap merayap dalam hening malam tanpa rasa,<br />menyusup di relung semesta ketika senja bergegas pulang ke pelabuhan waktu.<br /><br />Gumpalan awan teronggok diam di langit tanpa bayang bintang.<br />Sunyi menikam anganku dalam renung takut yang menderu, sebab gelap terus berkelindan<br />seraya melambaikan dingin yang bersekutu dengan rintih satwa malam.<br /><br />Jejak waktu serasa tak beranjak.<br />Betapa lama menanti kesaksian embun,<br />hingga penantian kian rapuh didera letih.<br /><br />Gelap tertidur lelap di rahim malam.<br />Mustikah aku letih mencintaimu<br />ketika gelap takluk pada embun dini hari.<br /><br />Samarinda, 2011<br /><br /><br />GERIMIS PAGI<br /><br />Tadi kulihat, Pagi tersipu malu karena hujan mengganggunya dengan rintik gerimis.<br />Jemari hujan yang nakal terasa menggelitik hatinya,<br />membuat pipi Pagi kian lembab dikepung mendung.<br /><br />Pagi semakin gusar, karena kemarin hujan sudah mencakar tubuhnya<br />hingga membekaskan bilur merah yang perih oleh gigil dingin.<br /><br />Dalam rasa gelisah yang membatu,<br />kakaknya Siang malah lelap tertidur, sebab Matahari enggan menggeliat.<br />Pagi hanya bisa berharap, agar hujan yang naksir dirinya tak tambah marah karena kasihnya tak sampai.<br /><br />Sebab bila ia marah, cengkeraman jemarinya akan menggenangi kota.<br />Kalau sudah begitu, ia kian emosional, melabrak apa saja, merendam apa saja,<br />tak peduli itu rumah Allah.<br /><br />Pagi kian cemas bila hujan memanggil temannya: angin dan petir.<br />Karena keduanya lebih menakutkan dari Mak Lampir.<br /><br />Begitulah temperamen hujan bila mencari perhatian agar cintanya pada Pagi diterima.<br />Namus justru Pagi kian ketakutan karena cinta yang tak tulus<br />niscaya membawa petaka bagi adiknya si bungsu Malam.<br /><br /><br />Samarinda, 2011Arsyad Indradihttp://www.blogger.com/profile/02268094638915127738noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5891516740585697701.post-60562094298027925142011-03-27T07:41:00.000-07:002011-03-27T08:16:05.118-07:00Korrie Layun Rampan<a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiucnNXBOmupCFuO7NTmQdpzu4Ru3vNa4XeddzkTcEDb1Z0hoigVGOtcNRHN7m9KZ-H-a-xmIROU00W8CeJuB65W_iC9PPhx1ogLwwtlVqMt1iG5sKdT3q8INrG9n-LO_3uF6rwer4nx6Ge/s1600/Korrie+Layun+Rampan.jpg"><img style="float: left; margin: 0pt 10px 10px 0pt; cursor: pointer; width: 142px; height: 200px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiucnNXBOmupCFuO7NTmQdpzu4Ru3vNa4XeddzkTcEDb1Z0hoigVGOtcNRHN7m9KZ-H-a-xmIROU00W8CeJuB65W_iC9PPhx1ogLwwtlVqMt1iG5sKdT3q8INrG9n-LO_3uF6rwer4nx6Ge/s200/Korrie+Layun+Rampan.jpg" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5588771170780902962" border="0" /></a><br /><div style="text-align: justify;"><span style="font-weight: bold;">Korrie Layun Rampan</span> dilahirkan di Samarinda, Kalimantan Timur, 17 Agustus 1953. Ayahnya bernama Paulus Rampan dan ibunya bernama Martha Renihay- Edau Rampan. Korrie telah menikah dengan Hernawati K.L. Rampan, S.Pd. Dari pernikahannya itu Korrie dikarunia enam orang anak.<br />Alamat : Karang Rejo, RT III Kampung Sendawar Kecamatan Barong Tongkok Kabupaten Kutai Barat Kalimantan Timur 75576 Kotak Pos 99 Barong Tongkok.<br />Telepon : 081520936757<br />Faksimile : (0545) 41278, 41501<br /><br /><span style="font-weight: bold;">LATAR BELAKANG PENDIDIKAN:</span><br /><br />Semasa muda, Korrie lama tinggal di Yogyakarta. Di kota itu pula ia berkuliah. Sambil kuliah, ia aktif dalam kegiatan sastra. Ia bergabung dengan Persada Studi Klub-- sebuah klub sastra-- yang diasuh penyair Umbu Landu Paranggi. Di dalam grup ini telah lahir sejumlah sastrawan ternama, seperti Emha Ainun Nadjib, Linus Suryadi A.G., Achmad Munif, Arwan Tuti Artha, Suyono Achmad Suhadi, R.S. Rudhatan, Ragil Suwarna Pragolapati, Teguh Ranusastra Asmara, Iman Budhi Santosa, Suminto A. Sayuti, Naning Indratni, Sri Setya Rahayu Suhardi, Slamet Riyadi, Sutirman Eka Ardhana, B. Priyono Sudiono, Saiff Bakham, Agus Dermawan T., Slamet Kuntohaditomo, Yudhistira A.N.M. Massardi, Darwis Khudori, Jabrohim, Sujarwanto, Gunoto Saparie, dan Joko S, Passandaran.<br /><br /><span style="font-weight: bold;">LATAR BELAKANG PEKERJAAN:</span><br /><br />Pengalaman bekerja Korrie dimulai ketika pada 1978 ia bekerja di Jakarta sebagai wartawan dan editor buku untuk sejumlah penerbit. Kemudian, ia menjadi penyiar di RRI dan TVRI Studio Pusat, Jakarta, mengajar, dan menjabat Direktur Keuangan merangkap Redaktur Pelaksana Majalah Sarinah, Jakarta. Sejak Maret 2001 menjadi Pemimpin Umum/Pemimpin Redaksi Koran Sentawar Pos yang terbit di Barong Tongkok, Kabupaten Kutai Barat, Kalimantan Timur. Di samping itu, ia juga mengajar di Universitas Sendawar, Melak, Kutai Barat, Kalimantan Timur.<br />Dalam Pemilu 2004 ia sempat duduk sebagai anggota Panwaslu Kabupaten Kutai Barat, tetapi kemudian mengundurkan diri karena mengikuti pencalegan. Oleh konstituen, ia dipercayakan mewakili rakyat di DPRD Kabupaten Kutai Barat periode 2004-2009. Di legeslatif itu Korrie menjabat sebagai Ketua Komisi I. Meskipun telah menjadi angota DPRD, Korrie tetap aktif menulis karena tugasnya sebagai jurnalis dan duta budaya. Pekerjaan itu pula yang menjadikan Korri kini bolak-balik Kutai Barat--Jakarta. Bahkan, ia sering berkeliling ke berbagai daerah di tanah air dan melawat ke berbagai negara di dunia.<br /><br /><span style="font-weight: bold;">LATAR BELAKANG KESASTRAAN / KEBAHASAAN:</span><br /><br />Sebagai sastrawan, Korrie dikenal sebagai sastrawan yang kreatif. Berbagai karya telah ditulisnya, seperti novel, cerpen, puisi, cerita anak, dan esai. Ia juga menerjemahkan sekitar seratus judul buku cerita anak dan puluhan judul cerita pendek dari para cerpenis dunia, seperti Leo Tolstoy, Knut Hamsun, Anton Chekov, O'Henry, dan Luigi Pirandello.<br />Novelnya, antara lain, Upacara dan Api Awan Asap meraih hadiah Sayembara Mengarang Roman Dewan Kesenian Jakarta, 1976 dan 1998. Beberapa cerpen, esai, resensi buku, cerita film, dan karya jurnalistiknya mendapat hadiah dari berbagai sayembara. Beberapa cerita anak yang ditulisnya ada yang mendapat hadiah Yayasan Buku Utama, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, yaitu Cuaca di Atas Gunung dan Lembah (1985) dan Manusia Langit (1997). Selain itu, sejumlah bukunya dijadikan bacaan utama dan referensi di tingkat SD, SLTP, SMU, dan perguruan tinggi.<br /><br /><span style="font-weight: bold;">KARYA:</span><br /><span style="font-weight: bold;">a. Novel</span><br />1. Upacara, Pustaka Jaya, 1976<br />2. Api Awan Asap, Grasindo, 1999<br />3. Wanita di Jantung Jakarta, Grasindo, 2000<br />4. Perawan, Balai Pustaka, 2000<br />5. Bunga, Grasindo, 2002<br />6. Lingkaran Kabut, Grasindo, 2002<br />7. Sendawar, diterbitkan sebagai cerber di Tabloid Nova, 2003<br /><span style="font-weight: bold;">b.Cerpen</span><br />1. Malam Putih, PD Mataram, 1978, Balai Pustaka, 1981<br />2. Kekasih, Nusa Indah, 1982<br />3. Perjalanan Guru Sejarah, Bahtera, 1983<br />4. Matahari Makin Memanjang, Bahtera, 1985<br />5. Perhiasan Bumi, Bahtera, 1985<br />6. Perhiasan Bulan, Nusa Indah, 1988<br />7. Ratapan, Balai Pustaka, 1989<br />8. Perhiasan Matahari, Balai Pustaka, 1991<br />9. Hitam, Balai Pustaka, 1993<br />10. Tak Alang Kepalang, Balai Pustaka, 1993<br />11. Rawa, Indonesia Tera, 2000<br />12. Tarian Gantar, Indonesia Tera, 2002<br />13. Tamiang Layang, Lagu dari Negeri Cahaya, Balai Pustaka, 2002<br />14. Acuh Tak Acuh, Jendela, 2003<br />15. Wahai, Gramedia, 2003<br />16. Riam, Gita Nagari, 2003<br />17. Perjalanan ke Negeri Damai, Grasindo, 2003<br />18. Teluk Wengkay, Kompas, 2003<br />19. Percintaan Angin, Gramedia, 2003<br />20. Melintasi Malam, Gramedia, 2003<br />21. Sayu, Grasindo, 2004<br />22. Wanita Konglomerat, Balai Pustaka, 2005<br />23. Nyanyian Lara, Balai Pustaka, 2005<br />24. Rindu, Mahatari, 2005<br />25. Kayu Naga, Grasindo, 2005<br />26. Bentas Babay, Grasindo<br />27. Penari dari Rinding, Grasindo<br />28. Dongeng Angin Belalang, Grasindo<br />29. Kejam, Grasindo<br />30. Daun-Daun Bulan Mei, Kompas<br />31. Senyum yang Kekal, Kompas<br /><span style="font-weight: bold;">c. Kumpulan Puisi</span><br />1. Matahari Pingsan di Ubun-Ubun, Walikota Samarinda, 1974<br />2. Putih! Putih! Putih! (bersama Gunoto Saparie) Yogyakarta, 1976<br />3. Sawan, Yayasan Indonesia, 1978<br />4. Suara Kesunyian, Budaya Jaya, 1981<br />5. Nyanyian Kekasih, Nur Cahaya, 1981<br />6. Nyanyian Ibadah, PD Lukman, 1985<br />7. Undangan Sahabat Rohani, Yogya, 1991<br /><span style="font-weight: bold;">d. Esai dan Kritik Sastra</span><br />1. Puisi Indonesia Kini: Sebuah Perkenalan, Nur Cahaya, 1980<br />2. Cerita Pendek Indonesia Mutakhir: Sebuah Pembicaraan, Nur Cahaya, 1982<br />3. Perjalanan Sastra Indonesia, Gunung Jati, 1983<br />4. Suara Pancaran Sastra, Yayasan Arus, 1984<br />5. Kesusastraan Tanpa Kehadiran Sastra, Yayasan Arus, 1984<br />6. Puisi Indonesia Hari Ini: Sebuah Kritik, Yayasan Arus, 1984<br />7. Jejak Langkah Sastra Indonesia, Nusa Indah, 1986<br />8. Apresiasi Cerita Pendek 1, Cerpenis Wanita, Nusa Indah, 1991<br />9. Apresiasi Cerita Pendek 2, Cerpenis Pria, Nusa Indah, 1991<br />10. Wanita Penyair Indonesia, Balai Pustaka, 1997<br />11. Tokoh-Tokoh Cerita Pendek Dunia, Grasindo, 2005<br /><span style="font-weight: bold;">e. Antologi yang memuat karya Korrie</span><br />1. Bulaksumur-Malioboro ( Halim HD, ed), Dema UGM, 1975<br />2. Laut Biru Langit Biru ( Ajip Rosidi, ed), Pustaka Jaya, 1977<br />3. Cerpen Indonesia Mutakhir ( Pamusuk Eneste, ed), Gramedia, 1983<br />4. Cerita Pendek Indonesia IV (Satyagraha Hoerip, ed), Gramedia, 1986<br />5. Tonggak 4 (Linus Suryadi A.G., ed), Gramedia, 1987<br />6. Cerpen-Cerpen Nusantara ( Suratman Markasan, ed) Dewan Bahasa dan Pustaka, Kuala Lumpur, 1992<br />7. Wanita Budaya Sastra (I.B. Putra Yadnya, ed), Udayana, 1992<br />8. Limau Walikota (M. Shoim Anwar, ed), Gaya Masa, 1993<br />9. Trisno Sumardjo Pejuang Kesenian Indonesia ( Korrie Layun Rampan,ed), Yayasan Arus, 1985<br />10. Iwan Simatupang Pembaharu Sastra Indonesia (Korrie Layun Rampan, ed), Yayasan Arus, 1985<br />11. Dari Negeri Poci 2 ( F. Rahardi), 1994<br />12. Trotoar (Wowok Hesti Prabowo, dkk., ed), KSI, 1996<br />13. Antologi Puisi Indonesia 1997(Slamet Sukirnanto, dkk., ed), Angkasa, 1997<br />14. Jakarta dalam Puisi Mutakhir (Korrie Layun Rampan, dkk., ed), Dinas Kebudayaan DKI Jakarta, 2000<br />15. Sumber Terpilih Sejarah Sastra Indonesia Abad XX ( E.Ulrich Kratz, ed), KPG, 2000<br />16. Nyanyian Integrasi Bangsa (Korrie Layun Rampan, ed), Balai Pustaka, 2000<br />17. Dari Fansuri ke Handayani (Taufiq Ismail, dkk., ed), Horison, 2001<br />18. Pembisik ( Ahmadun Yosi Herfanda, ed), Republika, 2002<br />19. Horison Sastra Indonesia 2 Kitab Cerita Pendek ( Taufiq Ismail, ed), Horison, 2002<br />20. Dua Kelamin bagi Midin ( Seno Gumira Ajidarma, ed), Kompas, 2003<br />21. Matahari Sabana ( Korrie Layun Rampan, ed), Nur Cahaya<br />22. Angkatan Sastra Sesudah Angkatan 66 (Angkatan 70 Atawa Angkatan 80) dalam Sastra Indonesia<br /><span style="font-weight: bold;">f. Antologi Sastra (Nonkarya)</span><br />1. Angkatan 2000 dalam Sastra Indonesia, Grasindo, 2000<br />2. Angkatan 2000 dalam Sastra Indonesia (Buku II), Grasindo<br />3. Angkatan 2000 dalam Sastra Indonesia (Buku III), Grasindo<br />4. Kembang Mayang, Klub Cinta Baca Indonesia, 2000<br />5. Dunia Perempuan: Antologi Cerita Pendek Wanita Cerpenis Indonesia, Bentang, 2002<br />6. Ungu: Antologi Puisi Wanita Penyair Indonesia, Indonesia Tera<br /><span style="font-weight: bold;">g. Buku Teks dan Kamus</span><br />1. Dasar-Dasar Penulisan Cerita Pendek, Nusa Indah, 1995<br />2. Aliran Jenis Cerita Pendek, Nusa Indah, 1995, Balai Pustaka, 1999<br />3. A.B.J. Tengker (biografi), Sinar Harapan, 1999<br />4. Leksikon Susastra Indonesia, Balai Pustaka, 2000<br />5. Sejarah Sentawar (studi sejarah lokal), Pemkab Kubar, 2002<br />6. Lamin Ditinjau dari Sudut Sosiologi dan Antropologi Budaya (kajian sosiologis dan antropologis), Pemkab Kubar, 2003<br />7. Sejarah Perjuangan Rakyat Kutai Barat, Pemkab Kubar<br /><span style="font-weight: bold;">h. Cerita Anak (Prosa dan Puisi)</span><br />1. Pengembaraan Tonsa si Posa, Sinar Harapan, 1981<br />2. Nyanyian Tanah Air, Cypress, 1981<br />3. Nyanyian Nusantara, Bahtera Jaya,<br />4. Lagu Rumpun Bambu, Cypress, 1983<br />5. Sungai, Cypress, 1985<br />6. Pohon-Pohon Raksasa di Rimba Raya, Cypress, 1985<br />7. Cuaca di Atas Gunung dan Lembah, Cypress, 1985<br />8. Tokoh-Tokoh Terkemuka dari Kalimantan, 1994<br />9. Nyanyian Pohon Palma, 1994<br />10. Namaku Paku, 1994<br />11. Pohon-Pohon Raksasa di Rimba Nusantara, Balai Pustaka, 1995<br />12. Mulawarman dan 29 Tokoh Terkemuka Kalimantan, 1996<br />13. Aku untuk Hiasan, 1996<br />14. Keluarga Kura-Kura dan Penyu, 1996<br />15. Manusia Langit, Balai Pustaka, 1997<br />16. Namaku Kakatua, 1996<br />17. Namaku Ikan, 1996<br />18. Namaku Udang, 1996<br />19. Asal-Usul Api, Pusat Bahasa, 2002<br />20. Asal-Usul Pesut, Balai Pustaka, 2005<br />21. Kerapu dan 29 Jenis Ikan Laut Lainnya<br />22. Namaku Ular<br />23. Liur Emas<br />24. Lagu Semanis Madu<br />25. Namaku Rusa<br />26. Bertamasya ke Batavia<br />27. Namaku Burung<br />28. Namaku Ikan Hias<br />29. Namaku Durian<br />30. Durian Raja Segala Buah<br />31. Namaku Semangka,<br />32. Namaku Nangka dan Cempedak<br />33. Namaku Tumbuhan Langka<br />34. Arapaima Bersama 39 Ikan Cantik Air Tawar, 1997<br />35. Cenderawasih Emas, 1997<br /><br /><span style="font-size:130%;"><span style="font-weight: bold;">Penghargaan:</span></span><br />Karena kreatifitasnya dalam berkarya, Korrie Layun Rampan banyak memperoleh hadiah dan penghargaan. Berikut ini, antara lain, hadiah dan penghargaan yang telah diterima Korrie Layun Rampan.<br />1. Hadiah Lomba Penulisan Puisi IKIP Samarinda, 1969<br />2. Hadiah Penulisan Resensi Buku Tifa Sastra UI<br />3. Hadiah Mengarang Roman Dewan Kesenian Jakarta untuk novel Upacara sebagai pemenang utama, 1976<br />4. Hadiah Mengarang Esai Mengenang 10 tahun Wafatnya Sastrawan Iwan Simatupang oleh BKKNI DKI Jakarta untuk esai yang berjudul Taman Iwan Simatupang, 1980<br />5. Hadiah Yayasan Buku Utama Depdikbud RI untuk kumpulan puisi anak-anak Cuaca di Atas Gunung dan Lembah, 1985<br />6. Hadiah Mengarang Esai dari Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI, 1991<br />7. Hadiah Jurnalistik Pembangunan dari Departemen Penerangan atas Liputan di Perbatasan Kalimantan Indonesia dan Sarawak, Malaysia Timur, 1992<br />8. Hadiah Sayembara Cerita Film dari Departemen Penerangan RI atas cerita Wanita Konglomerat, 1996<br />9. Hadiah Mengarang Roman Dewan Kesenian Jakarta atas novel Api Awan Asap, 1998<br />10. Hadiah Yayasan Buku Utama Depdikbud RI untuk cerita anak Manusia Langit, 1997<br />11. Hadiah Kaltim Post Award 2004 atas kesetiaan, dedikasi, dan prestasi di dunia sastra Indonesia selama lebih dari 30 tahun<br /></div><br /><span style="font-size:130%;"><span style="font-weight: bold;">Kutulis – Puisi Korrie Layun Rampan</span></span><br /><br />Kutulis dalam senyum<br />Hari-hari yang ranum<br />Sekepal puisi cinta<br />Membantun sukma kehidupan<br /><br />Kutulis dalam tangis<br />Hari-hari yang manis<br />Sekepal puisi cinta<br />Gairah dada remaja<br /><br />Kutulis dalam tawa<br />Hari-hari berlumur duka<br />Sekepal puisi cinta<br />Melayah bicara<br /><br />1973<br /><br />Kumpulan Puisi Suara Kesunyian "Lagu Impian"<br /><br /><br /><span style="font-size:130%;"><span style="font-weight: bold;">Z – Puisi Korrie Layun Rampan</span></span><br /><br />Siapakah yang pulang dengan langkah masai<br />menyandang duka Adam yang pertama<br />mengempang arus sungai, membadung nasibnya?<br /><br />Iakah itu pelancong tak bernama.<br />Menyusur semenanjung tenggara<br />istirah ke sini. Menawarkan senja dalam desau prahara<br />setelah lelah mengedangkan jaring nasib melawan bencana<br /><br />Siapakah masih mengaliri aku, o, sungai derita<br />rakit-rakit sarat biduk-biduk dan tongkang, detak jantung luka<br />memeram musim memberat mengimpikan birahi pada pulungnya<br />lakah itu yang menggedor pintu dan jendela<br />malam-malam begini. Dukakah itu duka dunia<br />menyusur sungaiku yang terus mengaliri dasar jiwa<br /><br />Siapakah yang pulang dengan langkah masai<br />menyandang duka Adam yang pertama<br />mengempang arus sungai, membadung nasibnya?<br /><br />1974<br /><br />Kumpulan Puisi Suara Kesunyian "Lagu Impian"<br /><br /><br /><div style="text-align: center;"><span style="font-size:130%;"><span style="font-weight: bold;">Bunga-bunga Daun Luruh</span></span><br />Korrie Layun Rampan<br /><br />Bunga-bunga daun luruh<br />Halaman ditinggal adzan<br />jalanan senyap lubuk terpendam<br />Ke ujung tangisan<br /><br />Suara menyapa dalam luruhan<br />Beranda sunyi menatap halaman<br />Apakah engkau apakah bosan<br />Yang setia berdiri di sisi kesepian<br /><br />Bunga-bunga daun luruh<br />Halaman itu sunyi ditinggal diam<br />Pelangi mencium lubuk dan kolam<br />Kita pun di sini ngungun dalam gerimis duka jatuh<br />Menghitung-hitung sukma hari-had dekat dan jauh<br /><br /><br />1974<br /><br />Kumpulan Puisi Suara Kesunyian "Lagu Impian"<br /><br /><br /><span style="font-size:130%;"><span style="font-weight: bold;">Mahakam</span></span><br />Korrie Layun Rampan<br /><br />Senja pun membenam dalam tragedi<br />Abad ini<br />jalan ini semakin sunyi<br />Tapi kita tak sampai-sampai juga<br /><br />Angin dari relung itu<br />Semakin runcing<br />Dan menciptakan garis ungu<br /><br />Haruskah ke arah lain jalan pantai<br />kita kawinkan sepi<br />Antara dua badai?!<br /><br />Tualang panjang ini<br />Semakin jauh semakin lengang<br />Langkah pun lelah menapak juang<br /><br />Lalu kelepak yang menjauh<br />Longsong itu<br />Tanggalan pun jatuh<br /><br />Tinggallah gerimis renyai<br />Dan bait-bait sunyi<br />Ketika jam pun sampai<br />Menunjuk-nunjuk tempat sepi<br /><br />1974<br /><br />Kumpulan Puisi Suara Kesunyian "Lagu Impian"<br /><br /><br /></div><br /><span style="font-size:130%;"><span style="font-weight: bold;">Di Tengah Galau Riuh Abadi Ini</span></span><br /><br />Aku terbanting atas lantai kehidupan<br />Karena beban seribu jalan<br />Sukmaku yang gelisah resah<br />Merangkai sajak tak tersua<br />Sementara tangan tegang kaku menyandang sunyi<br />Membusur panah ke jantung waktu<br />Cintaku yang perih dalam pusat pusaran segala rindu<br /><br />Memang laut-Mu teramat dalam terduga segala cinta<br />Dataran lekang kemarau menunggu waktu demi waktu<br />Adakah kita mampu menyimak segala rahasia<br />Yang bermain antara gelap dan denyar cahaya?<br /><br />Adalah semuanya berpulang kepada janji, kepada sunyi<br />Cinta yang memahat-mahat setiap bait abadi<br />Bagai hujan yang setia mencuci lantai bumi<br />Menyelesaikan sebait puisi<br /><br />Aku terbanting di atas lantai kehidupan<br />Rebah di tengah galau riuh rendah abad ini<br />Dan luka-luka<br /><br />1974<br /><br />Kumpulan Puisi Suara Kesunyian "Lagu Impian"<br /><br /><br /><span style="font-style: italic; font-weight: bold;">Sumber : http://www.puisikita.co.cc</span>Arsyad Indradihttp://www.blogger.com/profile/02268094638915127738noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5891516740585697701.post-46165033453895671992007-10-14T22:51:00.000-07:002011-03-07T08:12:39.499-08:00Aminuddin Rifai SS<a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgvxhvLG7sFBL4M9SGK5ycz8GHcB861Lko6WFKaJ3uXkVN_NK85LRGLlVLONvnZYBTyVYDBcUDY-MnAaBtOconsVndot3hyySVT_-KbTL6X87hzqoLInoAiqIjHFQhMINBZHsEETaQ4trYH/s1600/Aminuddin%252BRifa%2527i.tif.jpg"><img style="float: left; margin: 0pt 10px 10px 0pt; cursor: pointer; width: 150px; height: 200px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgvxhvLG7sFBL4M9SGK5ycz8GHcB861Lko6WFKaJ3uXkVN_NK85LRGLlVLONvnZYBTyVYDBcUDY-MnAaBtOconsVndot3hyySVT_-KbTL6X87hzqoLInoAiqIjHFQhMINBZHsEETaQ4trYH/s200/Aminuddin%252BRifa%2527i.tif.jpg" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5581371599858378562" border="0" /></a><br /><br /><div style="text-align: justify;">Bernama pena Amien Wangsitalaja. Lahir di Wonogiri, Jawa Tengah, 19 Maret 1972, Pabelan, Surakarta. Sarjana Sastra alumnus Fakultas Ilmu Budaya Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta. Menulis puisi, cerpen, esai di berbagai media massa dan berbagai buku antologi, baik bersama maupun tunggal. Antologi esai bersama : :Begini Begini dan Begitu ( 1997), dan antologi puisi bersama, seperti Serayu ( 1995), Oase (1996), Fasisme (1996), Mimbar Penyair Abad 21 (1996), Antologi Puisi Indonesia (1997), Tamansari (1998), Embun Tajalli (2000), Malam Bulan (2002), Bentara: Puisi Tak Pernah Pergi (2003), Mahaduka Aceh (2005), dan Ziarah Ombak (2005). Cerpennya masuk dalam antologi Bingkisan Petir (2005).Antologi puisi tunggalnya : Seperti Bidadari Aku Meminangmu Buyung (1995), Kitab Rajam (2001) dan Perawan Mencuri Tuhan (2004).Menulis kata pengantar buku Hujan Menulis Ayam kumpulan cerpen Sutardji Calzoum Bachri (Indonesiatera, Magelang, 2001), Surat Putih kumpulan puisi perempuan penyair Indonesia (Risalah Badai, Jakarta, 2001), Perjalanan Hati karya Ririe Rengganis (Logung Pustaka, Yogyakarta, 2004), Negeri Terluka kumpulan puisi perempuan penyair Indonesia (Risalah Badai, Jakarta, 2005).Diundang membaca puisi di TIM pada acara “Mimbar Penyair Abad 21” (1996), “Baca Puisi Tiga Kota” bersama Iverdixon Tinungki dan alm. Hamid Jabbar (2003), dan “Cakrawala Sastera Indonesia” (2005) .Menghadiri dan menjadi pembentang kertas kerja dalam pertemuan sasterawan antarnegara “Dialog Borneo-Kalimantan VIII” pada Juli 2005 di Sandakan, Sabah, Malaysia. Menjadi pemakalah dalam “Seminar Kritik Sastera” Pusat Bahasa Depdiknas pada September 2005 di Jakarta. Salah satu puisinya :<br /></div><br /><span style="font-size:130%;"><span style="font-weight: bold;">Makrifat Sungai</span></span><br /><br />aku berkapal, sepagi tadi<br />sesiang ini<br />menyusuri sungai<br />dan kupastikan<br />bahwa aku tidak pernah<br />melupakanmu<br /><br />dari dek ini<br />kutangkap aurat tepian<br />yang menjaga genit perawan<br />mandi berkain basah<br />berhati basah<br /><br />amboi<br />aku kembali memastikan<br />bahwa syahwatku telah basah<br />oleh sebab mengintipmu<br />di sungaiArsyad Indradihttp://www.blogger.com/profile/02268094638915127738noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5891516740585697701.post-39301528602888905702007-10-14T22:07:00.000-07:002011-03-07T08:15:16.662-08:00Atk Sri Rahayu<a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi3x8LIyc3_HLnM2CikpdCfcHOOw9hmvehlCivpZ1HdprE67dvgQmgAkU2roGHg_aXMkXfpAR57yZuTf93JuBW3xN85kN5-MVGSql5PRDGwlfElM7aE24Z46iBx8Z5nJH9T0Jbfs_NUN2N8/s1600/Atik%252BSri%252BRahayu.tif.jpg"><img style="float: left; margin: 0pt 10px 10px 0pt; cursor: pointer; width: 147px; height: 200px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi3x8LIyc3_HLnM2CikpdCfcHOOw9hmvehlCivpZ1HdprE67dvgQmgAkU2roGHg_aXMkXfpAR57yZuTf93JuBW3xN85kN5-MVGSql5PRDGwlfElM7aE24Z46iBx8Z5nJH9T0Jbfs_NUN2N8/s200/Atik%252BSri%252BRahayu.tif.jpg" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5581372272801529618" border="0" /></a><br /><br /><div style="text-align: justify;">Lahir di Boyolali, 28 November 1970. Pendidikan terakhirnya adalah Sarjana Bahasa dan Sastra Indonesia pada FKIP UNS Tahun 2004. sekarang ia bekerja sebagai guru di SMA Negeri 10 Samarinda, Jalan Pelita RT 25 Kelurahan Harapan Baru, Samarinda Seberang, Kalimantan Timur Kode Pos 75132 Telepon (0641) 261828, Telepon/Fax. (0541) 261829. Pengalaman menulis: Antologi Puisi Perempuan Penyair Indonesia “Negeri Terluka” Surat Putih 3 Yang Diterbitkan Oleh Risalah Badai Jakarta Tahun 2005 dan Antologi cerpen 16 cerpenis Kaltim “Bingkisan Petir” yang diterbitkan oleh Matahari Yogyakarta Tahun 2005. Salah satu puisi:<br /></div><br /><span style="font-size:130%;"><span style="font-weight: bold;">Rindu Bercumbu Asa</span></span><br /><br />Di sela bait kehidupan<br />Kutuang anggur putih di cawan-Mu<br />Di sela ketidakberdayaan<br />Kucoba menepis debu-debu biru<br />Yang membangkitkan kebutaan liar<br />Likat lumpur pun merembesi nadi<br /><br />Beruntai gundah memapah<br />Cemah membias<br />Dendam terpendam<br />Cemburu membiru<br />Harga diri berlari<br />Luka hati terpagut mati<br />Nestapa menyapa<br />Berselimut dengan kerontang temulang jiwa<br />Meronta<br />Di dekap kehangatan maya<br />Tak bergeming di lingkaran tak setetes pun ada<br /><br />Samarinda, September 2005Arsyad Indradihttp://www.blogger.com/profile/02268094638915127738noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5891516740585697701.post-83143759968155351492007-10-14T22:05:00.000-07:002011-03-07T08:17:30.406-08:00Kovy Fahran<a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhr4zdcT2fldDnMQi9Qa5CSN70DxE1wXplEV-OTTEce1tuT_tujeN2a9WhedWplm7IuNtywzcY8z1PuKScpgMt-xKGMEbA02mIvXHxv39-CFFbcowVWQF7KNKeSFwW97scL15Xk-PmydmGb/s1600/Kony%252BFahran.tif.jpg"><img style="float: left; margin: 0pt 10px 10px 0pt; cursor: pointer; width: 152px; height: 200px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhr4zdcT2fldDnMQi9Qa5CSN70DxE1wXplEV-OTTEce1tuT_tujeN2a9WhedWplm7IuNtywzcY8z1PuKScpgMt-xKGMEbA02mIvXHxv39-CFFbcowVWQF7KNKeSFwW97scL15Xk-PmydmGb/s200/Kony%252BFahran.tif.jpg" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5581372843868105810" border="0" /></a><br /><div style="text-align: justify;">Memiliki nama lahir Darkuni. Lahir di Banjarmasin, 17 Agustus 1960. Mulai menulis puisi dan fiksi tahun 1978.Tulisannya dimuat diberbagai media massa baik daerah mau pun nasional. Bekerja sebagai wartawan tahun 1986 di Harian Dinamika Berita (Sekarang, Kalimantan Post) sebagai asisten redaktur merangkap pengasuh kolom seni budaya. Awal 1991 pindah ke Harian Kaltim Post (grup Jawa Post) di Samarinda dan bertugas di Kota Tenggarong, Kukar. Pada awal 2002 mengundurkan diri dari Kaltim Post. Selanjutnya dikontrak Pemkab Kutai Kartanegara (Kukar) mengisi sebuah halaman kontrak di Harian Samarinda Post sampai 2003. Juga dari 2002 dikontrak oleh DPRD Kukar dalam pembuatan tabloid dan di media itu menjadi pimpinan redaksi hingga sekarang. Kini konsentrasi menjalankan tugas sebagai pimpinan redaksi di Tabloid Garda DPRD Kukar sambil menuli puisi dan fiksi. Salah satu puisinya :<br /></div><br /><span style="font-size:130%;"><span style="font-weight: bold;">Untuk Mim</span></span><br /><br />Rasa itu, Mim-bukan bayang<br />Seperti angin yang dapat dirasa tak ada wujud<br />Ia nyata seperti yang kumaknakan lewat sentuhan<br />Bukan hanya menyatu raga semata<br />Jiwamu dan jiwaku tak berjarak<br />Diputaran pundak waktu yang mulai terbungkuk<br />Ya, Mim.<br />Usahlah meramu rasa sebatas badani<br />Di ujung waktu tersisa milik kita ini<br />Kau sepertinya membunuh kegairahan<br />Begitu bukti persentuhan ke-25 tahun<br />Gelegak kemudian diketuaan kita kau abaikan<br />Rohanimu dan rohaniku dalam memagut sisa asmara<br />Sepertinya tinggal sentuhan badani yang di luarnya meraja sepi<br />Dan terwariskan pada dinding-dinding kamar goresan waktu<br /><br />(Mim, jangan kau bekukan gairah<br />Ia adalah bahasa kalbu<br />Dan hidup di jiwa anak-anak kita)<br /><br />Tgr/Bjm Des 2005Arsyad Indradihttp://www.blogger.com/profile/02268094638915127738noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5891516740585697701.post-30065473749823124372007-10-14T22:03:00.000-07:002011-03-07T08:19:39.933-08:00Miziansyah J<a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjWlS1FR0JlKOrsQAtURtd_OJa3gSu-G9i0W56bKCV3R64eoxlDxCH7AsHxwo2jIy0AfYVhKJbfTyVf-EFAd8NR5Gs59wBlMHahmEg229-9w3nT8w1SCkxCYGAe2Jk7W_3bBv0N8oJfDFPj/s1600/Miziansyah.tif.jpg"><img style="float: left; margin: 0pt 10px 10px 0pt; cursor: pointer; width: 145px; height: 200px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjWlS1FR0JlKOrsQAtURtd_OJa3gSu-G9i0W56bKCV3R64eoxlDxCH7AsHxwo2jIy0AfYVhKJbfTyVf-EFAd8NR5Gs59wBlMHahmEg229-9w3nT8w1SCkxCYGAe2Jk7W_3bBv0N8oJfDFPj/s200/Miziansyah.tif.jpg" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5581373388810683874" border="0" /></a><br /><div style="text-align: justify;">Lahir di Tanah Bangkang , Kandangan, 2 Juni 1957. Anggota Pusat Oleh Seni dan Komunikasi (Posko) La Bastari Kandangan Kalsel, tahun 1983 menjadi TKS BUTSI di Desa Bayur, Samarinda Ilir Kaltim, kemudian menjadi Guru SD 033 Samarinda Ilir. Menulis sejak tahun 1972 tetapi baru dipublisir sejak tahun 1980, antara lain Banjarnasin Post, Dinamika, Sampe, Mimbar Masyarakat, Manuntung, Suara Kaltim, Warna Suara, Merdeka, Pelita, dan RRI Nusantara III Banjarmasin. Antologi puisinya antara lain : Tanah Yang Terbatas (1982) dan Rumah Kecil (1984), bersama yang memuat puisinya antara lain Dahaga Banjarmasin Post (1981), dan Palangsaran (1982). Antologi cerpen bersama, Cerpenis Kaltim (Bingkisan Petir, Editor Korrie Layun Rampan, 2005). Tahun 1982 merupakan salah satu peserta Forum Penyair Muda 8 Kota Banjarmasin. Salah satu puisinya :<br /></div><br /><span style="font-size:130%;"><span style="font-weight: bold;">Situasi Negeriku</span> </span><br /><br />Jalan pentas yang membentangkan kedamaian<br />Menghapus kebebasan<br />Liku-liku titianpun telah memanusiakan manusia<br />Negeri seberang yang senantiasa basah melumuri kebuasan<br />Dulu digenangi telaga berdarah dingin<br />Kini negeriku negeri seberang tersibak selaput<br />kejahilan. Warna kemarau langitnya<br />mulai memancarkan sinar<br /><br />Ada kabar yang harus dibakar<br />Biar abunya keseantero<br />Tentang negeri ini, negeri homo, homimi, lupus<br />Namun : Kabar itu kabar ujaran<br />Kabar itu kabar burung<br />Kabar itu kabar bohong<br /><br />Negeri ini memang rimba<br />Tapi tiada duri derita<br />Negeri ini semak belukar<br />Tapi tiada undang getaran lapar<br /><br />Di seberang anak negeri menyusun langkah<br />eksodus anak negeri menuju lembah kehidupan<br />Disini ketitir balam bersahutan<br />pertanda pergantian zaman<br />Tersulap tanah hamparan<br />menjadi harapan nan berkah<br />Burung balam ketitiran<br />Burung rangkong berlintasan<br />Pertanda musim kemakmuran<br /><br />Samarinda, 2005Arsyad Indradihttp://www.blogger.com/profile/02268094638915127738noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5891516740585697701.post-27361016096309395812007-10-14T21:57:00.000-07:002011-03-07T08:21:31.881-08:00Shantined<a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiQLzxbnF12MEC5vw6VWWHlUWQ8FS3NVAG2-QtJMyEpS774bQtqJXXCEn7UzOxWPl9HByswyRMW37SoTbz4NLsqY3DcO2MnplKAGO5g7fvwLc3ieNXmao8OJfXy6usjUYx6ivaIKu-6umUd/s1600/santy.jpg"><img style="float: left; margin: 0pt 10px 10px 0pt; cursor: pointer; width: 169px; height: 200px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiQLzxbnF12MEC5vw6VWWHlUWQ8FS3NVAG2-QtJMyEpS774bQtqJXXCEn7UzOxWPl9HByswyRMW37SoTbz4NLsqY3DcO2MnplKAGO5g7fvwLc3ieNXmao8OJfXy6usjUYx6ivaIKu-6umUd/s200/santy.jpg" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5581373911706440114" border="0" /></a><br /><div style="text-align: justify;">Lahir di Yogyakarta, 21 Oktober 1972, saat ini tinggal dan bekerja di Balikpapan, Kalimantan Timur. Mulai senang membuat sajak dan cerpen sejak usia 9 tahun. Beberapa kali memenangkan lomba penulisan cerpen dan puisi semasa sekolah di Yogyakarta. Setelah “mati suri” selama beberapa tahun, akhirnya aktif lagi di dunia sastra dengan mulai mempublikasikan beberapa karyanya ke dalam buku antologi bersama puisi dan cerpen. Antara lain di: Dian Sastro For President #3 ( puisi ), Surat putih 3 , Antologi penyair perempuan ( puisi ), Perkawinan Batu , DKJ (puisi), dan Bingkisan Petir, Jaring Penulis Kaltim ( cerpen). Aktif bergiat di Jaring Penulis Kaltim ( JPK ) dan milis milis sastra dan membentuk komunitas sastra di Balikpapan dengan menghimpun grup kongkow kongkow seniman di café Bandar Balikpapan setiap sabtu sore. Salah satu puisinya :<br /></div><br /><span style="font-size:130%;"><span style="font-weight: bold;">Di Kamar 308</span></span><br /><br />( I )<br /><br />Hening<br />Hanya lamat lamat suara lambung<br />Dan dzikir terselubung<br />Oleh amuk enzim<br />Yang bah di tubuhku<br /><br />Ini kota asing<br />Kenapa musti disini?<br /><br />Lalu aku teringat pulang<br />Betapa harum pesing anakku diranjang<br />Dan alangkah nikmat segala pekerjaan rumah<br /><br />( II )<br /><br />petang<br />matahari sembunyi di kolong lemari<br />dan bulan tiada benderang<br /><br />tidurku memang lelap<br />tapi hati masih begadang<br /><br />ceritakan padaku<br />dengan apakah aku akan pulang<br />nuju rumahMu?<br /><br />( III)<br /><br />kerinyit , desah, dan erangku<br />barangkali tertangkap kameraMu<br />tapi lihatlah, dengarlah<br />aku juga masih mengucap syukur<br />dibalik kemalanganku<br /><br />gelimang sinar yang tumpah<br />saat keluar dari pintu<br />menyiram mukaku<br />menyiram sujudku<br />di sajadah yang kasat mata<br /><br />telah kurasa duka musafir<br />kurasa manfaat muhabbat<br />dan kuamini doa sahabat<br />ditengah sakit<br /><br />Samarinda, 11 Desember 2005<br />Di RS H Darjat , kamar 308Arsyad Indradihttp://www.blogger.com/profile/02268094638915127738noreply@blogger.com0